Ketapang,WTP – Dengan mengucap puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Duata perimbang alam bumi tanah arai, Musyawarah Adat Kesatu Kengkubang 3, pada hari ini, Sabtu, tanggal 27 Mei 2023, saya nyatakan resmi ditutup.
Demikian disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Ketapang, sekaligus Patih Jaga Pati Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Banua Alexander Wilyo, S.STP, M.Si menutup acara Musyawarah Adat I Kengkubang Jelayan (Kengkubang 3), di Jelayan, Kecamatan Tumbang Titi.
Musdat pertama Kengkubang, berlangsung selama tiga hari, sejak 25 Mei. Musdat ini diantara membahas masalah adat-istiadat, tradisi, hak-hak masyarakat adat, tanah adat dan hukum adat.
Pesertanya terdiri dari Desa Jelayan, Desa Natai Panjang, Desa Sukadamai dan Desa Tanjung Maloi (Kengkubang 3 Jelayan-red)
Seusai Musdat, acara dilanjutkan dengan upacara adat tentobus, atau nyapat tahun. Upara adat tentobus ini merupakan ungkapan syukur atas panen dan mohon berkat kepada Duata perimbang alam bumi tanah arai untuk tahun berikutnya.
Melalui Musdat tersebut Sekda berharap masyarakat adat akan semakin maju, semakin berkembang, sehingga masyarakat adat akan bisa berdaulat secara budaya sehingga terus menjunjung, memelihara, menegakkan adat jalan jamban titi, sejak karosek mula tumbuh, tanah mula menjadi.
” Tidak boleh kita tinggalkan. Kalau itu kita tinggalkan, maka identitas kita akan hilang. Identitas kita hilang, maka harga diri kita juga akan hilang,” ujarnya.
Ia senang jika masyarakat adat memegang teguh adat jalan jamban titi sejak karosek mula tumbuh tanah mula menjadi.
Sekda juga pun berharap, ke depan, acara adat tentobus ini tetap dilaksanakan dan diwariskan sampai ke anak-cucu.
“ Semaju apapun zaman, adat jalan jamban titi jangan pernah pudar dan harus tetap dipegang teguh. Ini adalah jati diri kita. Ini adalah harga diri kita,” ujarnya.
Sekda berharap tahun depan Musdat dilanjutkan dengan melibatkan desa-desa atau wilayah-wilayah lain, tidak hanya Kengkubang 3 saja.Ia pun berpesan agar masyarakat adat Kengkubang 3 tetap menjaga, merawat hutan yang masih tersisa.
“Karna, kita ini tidak bisa lepas dari hutan, tanah, air. Sisakan tanah untuk anak-cucu kita,” ujarnya.
Sekda juga menitipkan para domong adat kepada kepala desa. Domong ini adalah orang pilihan , tidak semua orang bisa menjadi domong. Jangan sampai ada Kades yang memecat domong hanya karena beda pilihan. Sebaliknya, para Kades harus memperhatikan para domong.
Pilkades yang akan berlangsung pada Juni mendatang, di ratusan desa di Kabupaten Ketapang, Sekda mengingatkan Pegawai Negari Sipil (PNS) atau Aparatur Sipil Negara (ASN) supaya netral.
Tokoh pemerhati adat Jelayan, Sukirman Lodom menyampaikan apresiasi dan terimakasih kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang yang turut memfasilitasi pelaksanaan Musdat 1 Kengkubang Jelayan (Kengkubang 3) ini.
” Terimakasih kepada Sekda Ketapang yang hadir tidak hanya sebatas menutup acara Musdat ini tapi hadir memberikan suport dan semangat untuk keberlangsungan adat istiadat ditempat kami ini,” ujarnya.
Lodom berharap, agar ke depan Pemkab dapat terus mensuport dan memfasilitasi kegiatan musdat hingga kegiatan adat lainnya sehingga budaya dayak kengkubang jelayan dapat terus eksis.
Lodom melanjutkan, kalau dalam Musdat tersebut banyak hal yang dibahas termasuk mengenai budaya dayak kengkubang mana yang harus dipakai agar tetap eksis, lantaran dengan semakin banyaknya masyarakat makin banyak versi budaya sehingga melalui Musdat berharap untuk menyepakatinya.
Sejumlah 10 narasumber hadir pada Musdat terdiri dari domong adat 4 desa serta tokoh dan pakar adat, yang dibahas banyak hal terkait adat. Ada 10 poin yang dibahas dan nantinya akan disusun akan dibawa ketika Musdat untuk kemudian menjadi pedoman ke depan. (Jajir)