Batam, MWT – Kegiatan pembangunan Jembatan Batam Bintan (Babin) di Tg Sauh Kelurahan Ngenang Kec. Nongsa diduga memiliki agenda tersembunyi. Mereka seakan alergi terhadap media dan dengan super ketat mengawasinya. Bahkan awak Media Warta Tipikor yang mendatangi lokasi, Rabu (15/1/2025) diusir dan diperintahkan security hengkang.
Security tanpa pakaian seragam tersebut, dengan tegas menyatakan pimpinannya bernama Roby memerintahkan agar tidak ada aktifitas media.
Awak media yang sudah memenuhi tata krama standar dalam peliputan berita terang -terangan tidak digubris. “ Sesuai perintah Pak Roby dilarang melakukan aktifitas media, “ ujar security.
Selepas menyampaikan perintah atasannya, awak media diminta menunjukkan semua foto yang sebelumnya diambil dan diperintahkan dihapus.
“Kami sempat dibawa ke Posko security dan semua hasil liputan dihapus dari HP, “ ujar awak media dari Media Warta Tipikor, M.Zulkifli dan Nadini yang melapor kepada redaksi petang kemarin.
Dijelaskannya, di bagian depan Posko ditulis tamu wajib melapor. “ Saya sudah sampaikan data diri dengan menunjukkan kartu pers, namun tetap saja tidak bersahabat, “ ujar wartawan yang akrab dipanggil Zul ini.
Seusai dinterogasi security di Posko, awak media diminta meninggalkan pulau Tg. Sauh. Kepergian awak media dikawal dua okum security sampai ke bibir pantai tempat perahu pancung menunggu. Ada apa ?
Diamankan
Sebelum meninggalkan posko, awak media sempat dibagikan pihak security nomor selular atasannya yang disebut bernama Roby. Saat Roby ditanyakan soal sikap anak buahnya yang memperlakukan awak media, dikatakannya wartawan itu diamankan. Masuk tidak punya ijin, katanya singkat melalui jaringan selular.
Namun , saat ditanyakan kepada siapa ijin masuk didapatkan untuk digunakan hari lain, Roby tidak menjawab.
Bahkan, sejumlah konfirmasi lain yang dilayangkan tidak direspon, walaupun tanda sudah dibaca dapat dilihat via selular.
Warga Kecewa
Sementara informasi lain yang ditampung media ini, diduga ratusan nelayan dari sejumlah pulau menyatakan kecewa atas dibangunnya Jembata Batam Bintan ini.
Kekecewaan mereka, antara lain belum meratanya “tali asih” dari pihak pembangun jembatan. “ Cobalah bapak lihat. Hutan bakau sudah dibabat tentu terkait dengan habitat ikan yang selama ini menjadi sumber perekonomian nelayan, “ ujar seorang nelayan Tg. Sauh.
Selain itu, tanah yang dikeruk terbawa hujan ke laut membuat warna air laut merah. “ Ikan serta hasil tangkapan laut menghilang, “ ujar nelayan yang lain.
Warga yang dilintasi pembangunan Jembatan Batam Bintan berharap pihak media serta lembaga swadaya masyarakat (LSM) mengawal kondisi disana. “ Kami tidak tahu mengadu kemana lagi, “ ujar mereka berharap.
Menurut sumber lain, pihak pembangun jembatan tersebut diduga alergi dengan kehadiran awak media. “ Pernah ada pihak lain yang masuk kesana juga diusur. Namun, pengunjung sekali ini tidak kehilangan akal. Mereka memakai drone memantau pembangunan ini , “ ujar sumber itu.
Batam Bintan
Jembatan Batam Bintan diprkirakan total panjang 7.035 meter (23.081 kaki), pembangunan jembatan ini akan melibatkan tiga bagian terpisah yang membentang di empat pulau dari Batam ke Tanjung Sauh (2.124 meter (6.969 kaki)), dari Tanjung Sauh ke Buau (4.056 meter (13.307 kaki)) dan dari Buau ke Bintan (855 meter (2.805 kaki)).
Investasi yang menelan Rp14,74 triliun ini merupakan proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Kementerian PUPR bertindak sebagai Penanggung Jawab Proyek (PJPK).
Jembatan ini diharapkan dapat mempercepat pemerataan pembangunan dan mengurangi biaya logistik antara Pulau Batam dan Pulau Bintan.(Zul- Nadini)