Berita  

MLH : Air Minum Dalam Kemasan Berasal dari Air Tanah

Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup RI, Hanif Faisol Nurofiq dalam acara MINDIALOGUE Sharing Session with Environtment Minister dengan tema “Korporasi Hebat, Alam Selamat” di Soehana Hall energy building, Jakarta, Kamis (28/8/2025). (CNBC Indonesia)

Jakarta, MWT – Menteri Lingkungan Hidup (MLH) Hanif Faisol Nurofiq mengungkapkan bahayanya air tanah dieksploitasi secara besar-besaran. Pasalnya, air tanah sangat sulit untuk kembali, bahkan bisa dikatakan nyaris tidak dapat pulih.

Ia mengatakan laju rembesan air tanah paling cepat setidaknya 100 cm per hari, sehingga pemulihannya membutuhkan proses yang cukup lama.

“Bahkan boleh kita katakan tidak kembali. Seumur kita, kita mati lima puluh kali, juga air tanah belum sampai ke Jakarta Pak. Air tanah rembesannya mungkin paling cepat 100 cm per hari,” ujar Hanif dalam acara Mindialogue CNBC Indonesia, dikutip Kamis (4/9/2025).

Sementara itu, sebagian besar produk air minum dalam kemasan yang dipasarkan di Indonesia selama ini berasal dari air tanah bukan dari sumber air pegunungan.

Hanif lantas mengingatkan agar publik tidak mudah terpedaya dengan label air pegunungan pada botol kemasan yang banyak beredar. Pasalnya, hingga saat ini belum ada satupun perusahaan air kemasan yang menggunakan air permukaan secara berkelanjutan.

“Jadi Bapak jangan terpedaya oleh minuman-minuman yang ada di atas meja itu Pak. Belum ada satupun minuman kemasan yang menggunakan air permukaan secara sustainable untuk produknya. Hanya untuk pricingnya, iya,” kata Hanif.

Ia menilai praktik pengambilan air tanah secara berlebihan yang dilakukan oleh perusahaan air minum sangat berisiko terhadap ketersediaan sumber daya air dalam jangka panjang. (cnbci)