Toba , MWT – Peringatan Hari Detik- detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) Ke-79. Masyarakat Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba merayakan di atas Jalan Provinsi Sumatera Utara (Sumut), yang tergenang air pada Sabtu (17/8/2024)
Terlihat dalam video amatir pada upacara hari peringatan kemerdekaan pengibaran Bendera Merah Putih diikuti lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Upacara ini berlangsung di ruas jalan Borbor – Sipahutar, penghubung Kabupaten Toba dan Tapanuli Utara (Taput), yang pada saat ini badan jalan tersebut membutuhkan perhatian pemerintah.
Pengibaran bendera tersebut diinisiasi Forum Perjuangan Masyarakat Habornas (Forpemas) sebagai bentuk kecintaan mereka terhadap bangsa ini. Disisi lain, mereka juga ingin merasakan kemerdekaan dengan adanya pembangunan infrastruktur jalan. Selama Indonesia merdeka, mereka tak pernah mengalami pembangunan infrastruktur yang bagus secara menyeluruh.
Jalan tersebut merupakan jalan propinsi yang rusak lebih dari 30 tahun setelah beralih status dari jalan kabupaten ke jalan propinsi.
“Kami dari Desa Pangururan 1, kami beritahukan bahwa jalan ini jalan propinsi. Inilah kondisi kami bahwa jalan ke kawasan kami ini rusak,” ujar Koordinator Lapangan Paradon Pasaribu.
Mereka mengaku sedih saat melihat kondisi jalan itu. “Indonesia telah merdeka, namun kami seakan dianaktirikan,” tuturnya.
Maka, mereka berharap kepada presiden, pemerintah pusat dan daerah agar memberikan perhatian serius terhadap perbaikan infrastruktur jalan tersebut.
“Maka, tolonglah kami Pak Jokowi, presiden terpilih Pak Prabowo, Gubernur Sumatera Utara, dan bupati Toba supaya memperhatikan jalan kami ini supaya masyarakat yang ada di Desa Rianiate, Pardomuan Nauli, Janji Maria, Pangururan I hingga III dapat menikmati kemerdekaan,” tuturnya.
Intinya, mereka sebagai warga negara Indonesia belum merasakan kemerdekaan karena jalanan mereka rusak parah. Hasil pertanian alami kesulitan dalam. pengangkutan dan tentunya menambah cost perjalanan.
“Kami ingin merasakan kemerdekaan seperti yang dirasakan saudara kami yang lain,” lanjutnya.
Mereka berharap, jeritan mereka didengar pihak terkait.
“Kami menangis, 79 tahun Indonesia merdeka, kami terus merasakan seperti ini. Mohon kepada pemerintah agar kami masyarakat kecil ini diperhatikan,” pungkasnya. (Julius Parto Siahaan).
