Berita  

LKPI Kepri, DKP Cabang Batam, Nelayan Pulau Todak Dan PT SCN Bahas Akses Tangkap Ikan

Foto bersama suai berdiskusi tentang usulan Nelayan Pulau Todak.

Batam, MWT  – Lembaga Kelautan dan Perikanan Indonesia (LKPI) Kepri bersama Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kepri Cabang Batam menggelar dialog antara masyarakat nelayan Pulau Todak dan PT. Sarana Citra Nusa (PT SCN) di kantor DKP Cabang Batam.

Dialog ini membahas menurunnya hasil tangkapan ikan, terutama bilis, yang diduga terdampak aktivitas dermaga pelabuhan dan lego jangkar kapal perusahaan. Nelayan berharap perusahaan memberi akses terbatas agar mereka tetap bisa mencari ikan di sekitar area perusahaan.

Perwakilan nelayan, Rintoh, meminta izin dapat masuk ke wilayah perusahaan dari pukul 18.00 hingga 20.00 WIB pada bulan Agustus hingga November. Menurutnya, pada waktu tersebut ikan bilis banyak ditemukan karena kondisi air yang lebih tenang. Nelayan hanya akan mengelilingi area perusahaan, dan jika tidak menemukan ikan, mereka segera keluar dari wilayah tersebut.

Perwakilan PT. Sarana Citra Nusa, Stenly, menyatakan bahwa permintaan nelayan akan diteruskan ke pimpinan. Ia juga mengungkapkan bahwa surat dari LKPI terkait permohonan dialog sebelumnya tidak pernah sampai ke manajemen karena tertahan di bagian keamanan. Pihaknya berjanji akan menindaklanjuti masalah ini.

Sementara itu, Kepala Cabang DKP Batam menegaskan bahwa secara aturan, wilayah perusahaan harus bebas dari aktivitas lain selain operasional perusahaan. Namun, mengingat area tersebut berseberangan dengan permukiman nelayan, ia berharap ada solusi yang bisa mengakomodasi kepentingan nelayan tanpa mengganggu operasional perusahaan.

Pelaksana Tugas LKPI Kepri, Marlis Markan, berharap pertemuan ini menghasilkan solusi terbaik bagi kedua belah pihak. “Walaupun lokasi tangkapan berada di wilayah perusahaan yang memiliki aturan tertentu, tetapi perlu dicari jalan keluar yang menguntungkan masing-masing kedua belah pihak,” ujarnya.

Pertemuan ini diharapkan menjadi awal dialog yang lebih konstruktif antara nelayan dan perusahaan untuk mencari solusi bersama. (Red)