KMKJ Saksikan Warisan Manusia Perahu di Pulau Galang

Catatan : Drs Jenda Bangun

Gerbang museum Kampung Vietnam dimanfaatkan berfoto oleh rombongan.

Bagi rombongan wisata rohani GBKP Klasis Medan Kuta Jurung (KMKJ) peristiwa eskodus 600.000 lebih bangsa Israel dipimpin Musa meninggalkan Mesir sudah sering dibahas.

Demikian juga sejarah pengasingan ke Babilonia atau disebut Pembuangan ke Babel dari Kerajaan Yehuda kuno ke Babilonia oleh Nebukadnezar II pada tahun 586 SM.

Tetapi, sejarah yang serupa namun tidak sama dan terjadi di Pulau Galang Batam tetap menarik rombongan ini untuk dikunjungi pekan lalu. Kawasan dengan pesona alam yang menakjubkan berjarak sekira 60 kilometer atau sekitar 1,5 jam perjalanan dari Kota Batam melalui Jembatan Barelang.

Adnan, sejarawan Perkampungan Vietnam berkisah lugas tentang ‘Manusia Perahu’ (Vietnamese Boat People) kepada sejumlah rohaniwan pendeta, pertua dan diaken dari GBKP Klasis Medan Kuta Jurung.

Adnan (kiri) memberikan catatan sejarah Kampung Vietnam kepada Pemred mediawartatipikor.com, Drs Jenda Bangun.

Kisah anak manusia yang sarat perjuangan hidup dengan segala aspeknya diuraikan bersama dukungan fakta yang masih terhidang, baik di museum, barak pengungsi atau areal lainnya.

Ada dialog dalam pertemuan tersebut. Umumnya porsi yang besar, fokus kepada aspek kemanusiaan, sosial, ekonomi dan pendidikan. Semuanya memang tinggal cerita, namun tetap saja mengharibirukan rasa bagi sesama mahluk ciptaan Tuhan.

Diawali pergolakan politik yang melanda Vietnam tahun 1970-an membuat pecah perang saudara antara kelompok masyarakat bagian Selatan dan Utara negara itu.

Puluhan ribu warga Vietnam kabur dari negara asalnya setelah terjadi kemenangan Komunis dan peristiwa jatuhnya Saigon April 1975. Mereka takut diperlakukan buruk oleh rezim yang baru dan memilih kabur menggunakan perahu ke berbagai negara.

Mereka pun ditampung penduduk Pulau Galang dan beberapa bangunan disediakan pemerintah setempat. Namun, jumlah pengungsi manusia perahu  terus meningkat secara massif sehingga diperlukan penanganan khusus dengan menempatkannya di sebuah pulau.

Pemerintah Indonesia memilih pulau Galang sebagai tempat untuk 10.000 pengungsi Vietnam. Alasannya, pulau Galang dinilai relatif strategis, yakni hanya berjarak sekitar tujuh kilometer dari Pulau Batam. Penempatan ini juga dimaksudkan untuk memisahkan mereka dari penduduk lokal dan meminimalisir pembaruan aktif.

Pulau Galang sebagai kampung pengungsi ditutup tahun 1996. Yang tersisa bangkai perahu tradisional, museum, tempat ibadah berbagai agama, taman, rumah sakit, bahkan hingga gedung perkantoran.

Ada lagi kisah tragis dibalik Humanity Statue di pulau Galang yaitu terdapat patung yang diberi nama Humanity Park atau ‘Sacre of Humanity’.

Patung sederhana berwarna putih ini dibangun untuk mengenang seorang gadis pengungsi Vietnam bernama Tinh Nhan Loai yang dikabarkan bunuh diri setelah menjadi korban kekerasan seksual oleh pemuda pengungsi Vietnam pada tahun 1985.

Gambar kiri dari atas – bawah, boat manusia perahu, barak Kampung Vietnam dan museum. Kanan, patung Tinh Nhan Loai.

Untuk mengenang peristiwa tragis itu, para pengungsi membuat Patung Taman Kemanusiaan ini. Patung ini juga dijuluki sebagai Tinhn Han Loai yang merupakan nama gadis tersebut.

Bangunan lainnya, adalah Vihara Quan Am Tu, Gereja Katolik Nha Tho Duc Me Vo Nhiem, gereja protestan, dan mushala. Di dalam Vihara Quan Am Tu terdapat tiga patung, salah satunya Dewi Guang Shi Pu Sha.

Konon, menurut cerita, dewi ini mampu memberikan jodoh, keberuntungan, keharmonisan dalam rumah tangga, dan banyak lainnya.

Di Pulau Galang juga dibangun pemakaman bernama Ngha Trang Grave. Setidaknya 503 pengungsi Vietnam dimakamkan di tempat ini. Di pulau inilah pengungsi dari Vietnam, Kamboja dan Thailand pernah ditampung  pemerintah Indonesia.

Sekarang kampung ini menjadi objek wisata sejarah di Batam.  Yang menarik saat berada di kampung Vietnam seolah-olah kita sedang berada pada sebuah tempat yang menjadi saksi bisu kehancuran dan ketakutan manusia akan perang yang terjadi di dunia ini.

Kampung Vietnam seluas 80 km persegi dikelola Dinas Pariwisata BP Batam dan warga setempat. Memasuki area kampung yang masih asri itu, pengunjung lebih sering memanfaatkan jasa biro perjalanan. Rombongan GBKP Klasis Medan Kuta Jurung dipandu Lae Simbolon dari Anugerah Travel Batam. ( Drs Jenda Bangun, Pemimpin Redaksi mediawartatipikor.com )