Parit Pembatas Guna Kepentingan PT USP Dan Warga

Parit pembatas di Sungai Jelai Kecamatan Jelai Hulu, Ketapang, Kalbar.

Ketapang, MWT – Pembuatan parit pembatas (cluster) di seputaran lahan perkebunan PT Umekah Sari Pratama (PT USP) diprogramkan guna kepentingan perusahaan dan warga setempat. Demikian disampaikan Humas PT USP, Fery Tampubolon kepada redaksi Media Warta Tipikor, Selasa (20/2/2024).

“ Cluster ini ukurannya 2 x 2 meter sebagai parit pembatas antara perkebunan dan lahan warga. Jadi, bukan parit gajah sebagaimana berkembang di masyarakat. Kalau yang satu ini berbeda lokasi pembuatannya, “ ujar Fery Tampubolon menjelaskan.

Parit pembatas tersebut, katanya, dibuat setelah melakukan musyawarah dengan pemilik lahan. Misalnya Pak Suwandi yang memiliki pondok kita ajak berdiskusi bersama pihak terkait.

“ Artinya, kita upayakan berdiskusi untuk menghilangkan kesan hal – hal yang tidak diinginkan, “ ujarnya.

Dikatakannya, perusahaan tidak akan melakukan pembatasan akses jalan apalagi menghalangi. “ Bahkan kita buat jalan resmi untuk akses bersama dengan dukungan fasilitas keamanan. Nantinya, ada petugas yang membantu warga setiap melintas dengan memberikan kemudahan, “ ujarnya.

Ia juga menampik  adanya parit pembatas menyentuh lahan warga. “ Tidak ada lahan warga yang dikenai pengerjaan parit pembatas itu,” ujar Fery Tampubolon.

Akses

Mantan Kepala Desa Asam Jelai, Kecamatan Jelai Hulu, Ketapang, Kalbar Joni menyatakan keheranannya dengan sikap PT USP. Menurutnya, akses jalan yang digali sudah ada sebelum perusahaan masuk ke desa mereka.

” Akses jalan masayarakat diputuskan dengan galian padahal jalan ke pedukuhan sudah ada sebelum perusahaan datang, ” ujar Joni. Tindakan yang dilakukan perusahaan menurutnya tidak seperti visi misi saat sosialisasi ke Desa Asam Jelai semasa kepemimpinannya.

Saat itu warga berharap agar perusahaan bisa bersinergi membangun ekonomi masyarakat di sekitar perusahaan. ” Sekarang mana janji perusahaan bahwa mau mensejahterahkan masyarakat,” kata Joni.

Akses mengarah ke Pedukuhan Batu Giling kini sulit dilintasi. ” Kami hanya bisa menangis melihat ini semua”, kata salah seorang warga yang tidak mau disebutkan namanya.(red)