Pesawat dengan nomor penerbangan 0312 rute Kamboja–Batam itu melaporkan gangguan mesin kepada menara sebelum melakukan emergency landing.
Namun hembusan wind shear membuat pesawat kehilangan kendali lalu keluar dari runway dan terbakar di sisi kanan landasan.
Kecelakaan pesawat itu hanyalah simulasi yang dilakukan pengelola Bandara Internasional Hang Nadim Batam, sebagai antisipasi penanggulangan keadaan darurat (PKD). Sejumlah pihak dilibatkan dalam latihan yang sempat menghentikan operasional bandara selama satu jam.
Dalam skenario tersebut, 140 penumpang dan kru digambarkan berada dalam situasi kepanikan sebelum dievakuasi petugas.
Direktur Operasi Bandara Internasional Batam, Anton Marthalius, menjelaskan simulasi adalah bagian dari latihan penanggulangan keadaan darurat (PKD). Latihan itu wajib dilakukan setiap dua tahun sekali sesuai amanat Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 140 Tahun 2015 tentang Program Penanggulangan Keadaan Darurat Keamanan Penerbangan Nasional.
“Terakhir kami melakukannya di 2023, sehingga tahun ini kembali wajib dilaksanakan. Latihan ini menguji prosedur dalam Airport Emergency Plan untuk memastikan komunikasi, koordinasi, dan komando berjalan dengan baik,” ujar Anton.
Latihan skala penuh ini melibatkan seluruh unsur keselamatan bandara, khususnya Komite Keselamatan yang terdiri dari maskapai, AirNav, ground handling, Kantor Kesehatan Pelabuhan, rumah sakit rujukan, TNI, Polri, Basarnas, Pemko Batam, serta berbagai instansi lain yang berkaitan dengan respons darurat.
Hang Nadim juga mengerahkan tiga unit foam tender, satu nurse tender, tiga ambulans internal, serta satu mobil komando. Selain itu, 13 rumah sakit di Batam turut menurunkan ambulansnya masing-masing sebagai bagian dari rantai penanganan korban. Rumah sakit yang dilibatkan antara lain RS Awal Bros, RSUD Embung Fatimah, RS Bhayangkara, puskesmas terdekat, hingga sejumlah rumah sakit swasta lainnya.
“Ini kolaborasi besar. Semua pihak harus siap karena situasi darurat pesawat selalu melibatkan banyak sektor,” kata Anton.
Menurutnya, evaluasi oleh tim Kementerian Perhubungan juga dilakukan langsung di lapangan. Catatan yang muncul akan diperbaiki untuk meningkatkan kesiapan penanganan darurat ke depan.
“Alhamdulillah berjalan baik. Evaluasi sudah dilakukan agar kami semakin siap jika suatu saat terjadi keadaan darurat nyata,” jelasnya.
Anton menambahkan, dokumen AEP mengatur bahwa persiapan latihan harus dilakukan selama 120 hari. “Persiapan internal dan eksternal sudah dilakukan jauh hari sehingga pelaksanaan hari ini matang,” ujarnya.
Ia memastikan bandara wajib mengulang latihan serupa pada 2027. Siklus dua tahunan tersebut menjadi komitmen untuk menjaga standar keselamatan penerbangan. “Situasi darurat bisa datang kapan saja. Prosedur, personel, dan fasilitas harus selalu siap,” tegasnya, seperti dikutip dari Batampis.com
Dalam skenario tambahan yang dipaparkan Anton, pesawat internasional dari Kamboja itu mengalami gangguan mesin saat hendak mendarat. Setelah meminta izin melakukan pendaratan darurat, cuaca memburuk dan wind shear menghantam pesawat hingga tergelincir.
“Bahasa teknisnya runway excursion,” jelasnya.
Latihan kali ini juga mendapat tantangan cuaca. Hujan deras turun tepat saat simulasi berlangsung. Sebagai konsekuensi latihan, operasional Bandara Hang Nadim ditutup selama satu jam, pukul 09.00–10.00 WIB. Ada dua penerbangan terdampak penutupan tersebut. Namun, Anton memastikan koordinasi dengan maskapai dan AirNav sudah dilakukan jauh hari.
“Penumpang tidak dialihkan, hanya mengalami delay expected, yaitu penundaan yang sudah direncanakan sebelumnya. Mereka sudah diinformasikan lebih dulu sehingga tidak ada kebingungan,” ujarnya.
Anton menegaskan latihan ini penting untuk memastikan seluruh petugas, prosedur, sarana, dan koordinasi lintas lembaga benar-benar siap menghadapi skenario terburuk sekalipun. “Mudah-mudahan kejadian nyata tidak terjadi. Tapi kalau pun terjadi, kami harus siap,” tutupnya. (Tim)
